Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar atau disebut juga dengan masa “golden age”, oleh karena itu kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk proses belajar anak. Rasa ingin tahu pada usia ini berada pada posisi puncak. Tidak ada usia sesudahnya yang menyimpan rasa ingin tahu anak melebihi usia dini khususnya usia 3-4 tahun.
Orientasi belajar anak usia dini bukan untuk mengejar prestasi seperti kemampuan membaca, menulis, berhitung dan penguasaan pengetahuan yang lain yang sifatnya akademis, namun orientasi belajar anak yang
sesungguhnya adalah mengembangkan sikap dan minat belajar serta berbagai potensi dan kemampuan dasar anak.
Dikatakan Anwar & Ahmad (2003:2) Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta perkembangan kejiwaan peserta didik yang dilakukan didalam maupun diluar lingkungan keluarganya. Orientasi belajar anak lebih baik bila mengarah pada pengembangan sikap mental yang positif.
Bila hal itu tercapai, maka berarti aset yang tiada ternilai harganya. Anak yang mampu mengembangkan sikap mental positif akan mengembangkan rasa ingin tahu yang tinggi, semangat belajar yang menyala, gemar membaca, mampu mengembangkan kreativitas diri dan memiliki dorongan yang kuat untuk terus mengembangkan diri.
Menurut Masitoh dkk (2005:3.12) pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting yaitu : berorientasi pada usia yang tepat, berorientasi pada individu yang tepat dan berorientasi pada konteks sosial budaya.
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat tercapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.
Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.
0 komentar:
Posting Komentar