Minggu, 29 Desember 2013

Kecerdasan

“Semua anak adalah Cerdas, Tidak ada anak yang bodoh“
Apakah anda percaya ??
Sebenarnya kalimat ini bukanlah basa–basi, tetapi merupakan kenyataan yang tidak perlu dipungkiri. Sebagian besar dari orang tua berpendapat bahwa menjadi cerdas adalah hal yang ditunggu–tunggu terjadi pada anak tercintanya. Tetapi sangat disayangkan sekali bahwa pemahaman tentang kecerdasan sendiri masih sangat terbatas, akibat minimnya pengetahuan tentang aspek kecerdasan jamak.



A. Hakikat kecerdasan
Menurut Bandler dan Grinder dalam DePotter (1999:39) Kecerdasan merupakan ungkapan dari cara berpikir seseorang yang dapat dijadikan modalitas belajar. Hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi, Sedangkan Markova berpendapat bahwa orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanfaatkan modalitas kombinasi tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tertentu. Modalitas tersebut dibagi menjadi 3, yatu modalitas visual, auditorial dan kinestetika.
a. Visual
Orang yang modalitas visual,akan belajar melalui apa yang mereka lihat.modalitas ini mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat. Ciri–ciri individu dengan modalitas visual adalah: suka akan keteraturan, memperhatikan sesuatu secara detail, selalu menjaga penampilan, mengingat dengan gambar atau dari membaca dan mengingat dari yang mereka lihat.
Ciri – ciri perilakunya : selalu rapi dalam hal apapun, bicara dengan cepat dan menjawab dengan singkat, pengeja yang baik, biasanya tidak terganggu dengan keributan di lingkungannya, lebih suka membaca daripada dibacakan, lebih suka karya seni 3 dimensi daripada seni musik.
b. Auditorial
Orang dengan modalitas auditorial, belajar melalui apa yang mereka dengar. Ciri – ciri individu dengan modalitas auditorial adalah mudah tepecah / terbagi perhatiannya, belajar dengan mndengarkan, berbicara dengan pola berirama, pada saat membaca menggerakkan bibrnya dan bersuara, senang berdialog. Ciri – ciri perilakunya : mudah terganggu oleh keributan, dapat mengulang dan menirukan kembal nada, birama, warna dan suara, mereka sulit untuk menulis tetapi hebat di dalam bercerita, pandai mengeja dengan keras daripada menulis, lebih suka gurauan daripada membaca komik.
c. Kinestetika
Orang dengan modalitas kinestika belajar dengan sentuhan.
Ciri–ciri individu : biasanya senang menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak, belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, mengingat sambl berjalan dan melihat.
Ciri – ciri perilaku : berbicara dengan perlahan, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian, menghafal dengan berjalan dan melihat, selalu berrientasi pada fisik dan gerakan, banyak menggunakan isyarat tubuh.

Untuk menjadi cerdas pada dasarnya menjadi dambaan setiap manusia, alasan ini sangat rasional, karena dengan tingkat kecerdasan yang semakin tinggi, seseorang akan semakin mampu berkiprah dalam menciptakan hal–hal yang baru yang berguna bagi dirinya dan orang lain, kecerdasan seseorang memiliki manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan pergaulannya di masyarakat umum. Jadi bisa kita ambil kesimpulan bahwa setiap individu, mereka memiliki kecerdasan masing–masing, dan tidak hanya bisa di nilai dari kecerdasan IQ saja.
Share this article :

1 komentar:

  1. Sebenarnya kalimat ini bukanlah basa – basi, tetapi merupakan kenyataan yang tidak perlu dipungkiri. Sebagian besar dari orang tua berpendapat bahwa menjadi cerdas adalah hal yang ditunggu – tunggu terjadi pada anak tercintanya. Tetapi sangat disayangkan sekali bahwa pemahaman tentang kecerdasan sendiri masih sangat terbatas, akibat minimnya pengetahuan tentang aspek kecerdasan jamak.

    BalasHapus